KREDIBILITAS SANTRI DAN PENTINGNYA PENDIDIKAN PESANTREN DI INDONESIA

 

Oleh: Mugni Muhit 

(Dosen STAI Al-Maarif Ciamis, dan Pengasuh Pondok Pesantren Riyadlul Hidayah Jatinagara Ciamis)

Derasnya pertumbuhan dan perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini, mendesak hadir dan tumbuhkembangnya sumber daya insani dan insan sumber daya yang berwawasan global, serta bersahabat dengan kemajuan mutakhir. 

Sumber daya insani yang kredible serta memiliki kafabilitas dan berkesadaran global, merupakan dasar utama pembangunan nasional. Indikator sumber daya insani yang bertautan dengan kepentingan nasional adalah kompetensi ilmu pengetahuan dan keterampilan teknologi yang dilandasi iman dan taqwa. Sementara insan sumber daya adalah kesiapan dan ketangguhan implementatif, kecenderungan tanggap dan kepekaan modern serta militansi edukasi yang kolaboratif. Indikator insan sumber daya ini ditengerai dengan kreativitas, inovasi dan karya-karya nyata yang bermanfaat bagi penbangunan mindset modern masyarakat.

Mindset modern dimaksud adalah pola dan cara berpikir yang visible dan bertanggungjawab secara vertikal dan horizontal. Sinergitas cara berpikir dan refleksi faktual merupakan hal yang niscaya menjelang terwujudnya derajat dan kehormatan bangsa tertinggi yang beradab dan bermartabat ilmiah dan imaniyah. 

Ilmiah artinya langkah, keputusan, dan kebijakan di segenap kinerjanya senantiasa didasari oleh logika yang benar, rasio yang bertanggungjawab, fakta yang empirik, serta analisis kritis. Dalam implementasi analisis kritis ini, ranah kognitif didorong kuat agar fungsional dan efektif implementatif pada wilayahnya, yakni kognisi literal, kognisi interpretatif, kognisi, analitik, dan kognisi kreatif. Empat pola berpikir kritis inilah yang sejatinya dipupuk agar semakin tumbuhkembang, berkiprah dikafasitasnya secara proposional, hingga menjadi standar operasional prosedur berpikir. 

Imaniyah memiliki pengertian keyakinan, optimisme, dan kesadaran transendental yang kokoh. Segala aktifitas verbal, fisikal dan akal semata adalah kehendak Tuhan, bahkan dibalut dengan kesadaran dan keberpihakan optimal kepada Sang Pencipta sebagai sumber spirit dan inspirasi besar dan global.

Ilmu dan iman adalah dua konten substansial yang selalu mesti integral mengawal segala aktivitas manusia modern masa kini. Tanpa kebersaman dan kolaborasi efektif keduanya, diyakini tidak akan mencapai capaian yang seharusnya. 

Untuk membangun dan menciptakan sinergi ilmu dan iman dalam seluruh langkah kreasi duniawi ini, maka butuh keterlibatan lembaga yang fokus pada penguatan daya dan kafasitas ilmu dan iman. Core ruhaniyah ini selalu harus menjadi prioritas pembangunan sumber daya manusia dan manusia sumber daya yang siap guna. 

Lembaga pendidikan sebagai salah satu institusi yang komitmen pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, memiliki peran yang signifikan guna menopang kuat hadirnya sosok generasi yang kompetitif dan bermartabat mulia. 

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, dari dulu hingga sekarang, eksistensi, kiprah, dan perannya demikian strategis dalam melahirkan tunas dan generasi militan, berkepribadian panutan, memiliki kedalaman ilmu dan iman yang konkrit. Karenanya tidak ada yang menentang atas keyakinan bahwa pesantren adalah lembaga strategis dan sangat penting dalam proses pembangunan sumber daya manusia. Konsitensi dan komitmen pesantren dalam membantu mendampingi kebijakan pendidikan nasional Indonesia, sangat jelas dan begitu tegas. Kejelasan dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pengimplentasian, pengawasan, dan evaluasi, hingga perbaikan yang terus-menerus, menjadi indikasinya. 

Sementara itu ketegasan pesantren mengawal peradaban nasional Indonesia, baik sebelum maupun setelah merdeka, hingga pasca kemerdekaan, pesantren selalu digarda terdepan mengibarkan panji-panji dan nilai pancasila sebagai idiologi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara yang bermutu. Upaya pembangunan mutu pesantren dilakukan secara terus menerus agar kiprahnya tak terkendala oleh arus informasi dan teknologi global. Maka pesantren pun hadirkan kolaborasi sistem pelayanan dan dokumentasi berbasis digital. Kini pesantren telah menerapkan istem informasi manajemen yang modern. Dan fakta inilah yang menegaskan bahwa pesantren meskipun lembaga pendidikan tertua dan non formal, namun pesantren mampu membangun kepercayaan masyarakat nasional dan internasional dalam perannya mendidik, membina, mengajar, dan memberikan teladan kebajikan, serta skill keterampilan dan kemandirian.

Para pahlawan kemerdekaan, hampir dipastikan mereka adalah alumni dan produk nyata pesantren. Mereka adalah santri-santri yang memiliki kafasitas dan militansi nasional dan agama yang terpatri kuat dengan baik. Santri adalah sosok ideal generasi untuk negeri pertiwi ini. Nafas santri adalah nafas pertiwi. Pergerakan santri adalah harapan ibu pertiwi yang menginginkan keabadian dalam kemuliaan dan kemajuan serta kesejahteraan sosial yang adil dan merata. 

Sepanjang sejarah, nampaknya hanya pesantren yang senantiasa terbukti mampu menjaga citra dan kafabikitas bangsa yang besar dan bermartabat ini. Strategi, pola dan model pendidikan, pembinaan, dan pengajaran yang unik, humanis, transformatif, dan mandiri menjadikan pendidikan pesantren semakin baik. Kepercayaan publik kepada sepak terjang pesantren pun semakin tinggi. Terbukti di sekitar seribuan pesantren terdaftar di Indonesia mampu melahirkan ulama yang berkesadaran nasional.

Pola dan model pembelajaran pesantren yang unik inilah membuat posisinya semakin kuat di hati dan mindset masyarakat. 

Demikian urgen kiprah dan peran strategis pesantren di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman luar biasa, Indonesia mampu hidup rukun, damai, harmoni, saling membangun dan menolong, serta gotong-royong satu sama lain bagai keluarga yang tidak mungkin lagi dipisahkan. 

Indonesia adalah rumah besar bagi tunas-tunas bangsa. Tunas bangsa yang layak mengawal dan menjadi nahoda perjalanan panjang negeri ini adalah santri. Santri yang secara terminologi dibangun oleh 4 hurup konstruktif. 

Melalui empat kontruksi kata santri ini diharapkan dapat hadir santripreneur yang kredible lahir maupun batin, serta berkelayakan di segala hal dan keadaan sebagai bagian dari kontruksi bangsa yang menguatkan.

Empat pilar huruf dimaksud yaitu: sin, nun, ta’, dan ro’. Huruf sin merujuk pada satrul al ‘awroh, yang berarti sikap yang selalu menutup aurat. Protektif dan selektif dari segala fenomena menjadi kewaspadaan tersendiri santri. Huruf nun dari na’ibul ulama atau wakil ulama. Santri adalah murid dan sekaligus cikal bakal penerus ulama. Kompetensi jihad dan ruhiyah mewarnai corak pikir dan dzikirnya (competitifness), huruf ta’ dari tarkul al ma’ashi atau kemampuan meninggalkan keburukan dan penyimpangan. Term ini mengandung makna sikap integritas transenden yang dapat diandalkan di segala situasi dan keadaan, serta huruf ‘ro dari ra’isul ummah atau pemimpin umat, bahwa santri adalah generasi yang tidak hanya seorang agamawan, namun juga seorang leaderpreuneur harapan bangsa.

Leader adalah seorang manajer yang di samping harus mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri, ia pun mesti mampu mengendalikan orang lain dalam tujuan dan target yang baik dan benar. Indikator seorang manajer yang berkelayakab salah satunya adalah kecakapan dalam berkomunikasi. Pengembangan dari komunikasi ini adalah kepekaan dan kunjungan langsung (silaturahmi). 

Dalam islam, silaturahmi merupakan ajaran sosial yang sangat baik. Efektifitas silaturahmi dapat dirasakan saat itu juga. Sehingga pelakunya akan langsung mendapatkan manfaat dan faidah luar biasa dari silaturahmi.

Silaturahmi sebenarnya merupakan metode komunikasi nabawi yang harus dilestarikan dan direfleksikan dalam pencapaian kinerja optimal lembaga pendidikan dasar, menengah, dan Tinggi. Term silaturahmi dibangun oleh 11 huruf konstruktif. S: Santun, I: Ilmiah, L: luwes, A: afirmasi, T: transformatif, U: urgen, R: reflektif, A: afektif, H: harmoni, M: mandiri, I: implementatif.

Santun adalah karakter akhlak tertinggi dalam interaksional sosial. Ilmiah merupakan mindset yang rasional, logis serta indikasi keterlibatan akal sehat. Luwes merupakan watak performa yang menggambarkan kepekaan dan solidaritas sosial yang kuat. Afirmasi adalah harapan yang diperhitungkan dan keniscayaan yang bertanggungjawab secara vertikal dan horizontal. Transformatif yaitu pergerakan terstruktur berdasarkan perencanaan yang matang. Urgen artinya mendasar dan sangat prinsipil. Reflektif adalah progres yang senantiasa visible menyongsong kemajuan masa depan. Afektif yaitu sikap tegas susana lahir dan batin yang lapang dan menghargai setiap fenomena positif dengan reward and fanishman. Harmoni sebagai puncak pencapaian kinerja tridharma. Mandiri adalah kepiawaian dan kegigihan unik insani dalam memanfaatkan potensi. Implementatif bermakna bahwa segala idea, gagasan, dan rencana strategis dapat termanifestasikan dengan baik dan akomodatif.

Berikut adalah pilar-pilar pencapaian kafasitas santri:

Pertama; santun.

Santun merupakan watak kepribadian yang sangat penting dimiliki. Santun adalah ekpresi integral kebaiman jasmani dan rohani. Saat fisik dan psikis manusia bekerjasama, maka akan sikap ideal seperti kesantunan. Ramah dan pengakuan diri sendiri dan atas orang lain pun juga indikasi kesantunan seseorang. Santri yang baik akan senantiasa berwatak santuan dan ramah terhadap apa dan siapapun yang ia lihat disekitarnya di manapun ia berada. 

Kedua; ilmiah.

Jika santun adalah ekpresi rohani, maka ilmiah adalah ekspresi akal. Ekspresi intelektualitas yang berdaya ditandai dengan adanya cara pandang dan cara sikap yang selalu loyal terhadap berbagai lingkungan. Ilmiah mengandung keberfungsian akal waras, kognisi, dan rasionalitas, serta spirit analisis. 

Ketiga; luwes.

Luwes adalah ekpresi lahiriyah yang ditunjukan oleh sikap legowo, bersahabat dan berdedikasi tanpa batas ruang dan waktu. Luwes ini penerapannya dapat pada segementasi manusia, alam, dan lingkungan (mileu). 

Keempat; afirmatif.

Afirmasi merupakan keyakinan transenden bahwa segala sesuatu sejatinya ditunaikan untuk dan atas nama Tuhan (Allah Swt). Aktifitas positif kinstruktif senantiasa diafirmasikan kepada Sang pemilik dan pengatur seluruh alam semesta ini. Keyakinan inilah yang menjadi alasan terwujud dan tercapainya cita dan asa ideal.

Kelima; transformatif

Dalam al Quran suci Allah Swt menjelaskan bahwa Muhammad Saw sebagai delegasiNya, ia dibekali kafasitas dan kompetensi yang kompatible dengan kehidupan manusia. Muahammad Saw dengan kemampuan sidiq, amanah, fathanah, dan tablighnya melancarkan perintah Tuhan untuk sebarkan ajaran dan doktrin suci kepada seluruh umat manusia. Transformasi energi ini senantiasa menutrisi semesta menjadi kesetiaan dan ketaatan.

Keenam; urgen.

Posisi santri yang demikian urgen dalam percaturan nasional dan global, mengawal dan mendorong tumbang yang bertanggungjawab. Kiprahnya semakin posisioning di kehidupan modern, sehingga kehadirannya adalah menjadi niscaya.

Rasanya santri dengan segala kafasitas dan kredibilitasnya yang unggul dan berwawasan global ini meberikan spirit dan gairah membangun, menata, dan mengeola serta melanjutkan estapeta kepemimpinan bangsa dan nusantara ini semakin optimis. Kemuliaan dan derajat tinggi Bangsa Indonesia ditentukan oleh eksistensi tunas bangsa yang nyantri, nyantri dalam arti intelek, spirit, kreatif, inovatif, dan berjiwa entrepreuneur, serta life skill berbasis teknologi mutakhir 

Wallahu a’lam bimurodih.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top